Pilar Pendidikan

Bergerak Bersama

Moderasi Beragama dan Transformasi Digital Kuatkan Pelaksanaan Panen Karya P5RA di MAN 2 Model Medan

Medan, Pilar Pendidikan – Salah satu unsur penting dalam penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di kalangan siswa-siswi adalah pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil’Alamin (P5RA), kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai Pancasila dan konsep Rahmatan Lil Alamin melalui tema-tema dan projek-projek yang telah ditentukan dalam pelaksanaan P5RA itu, Selasa (17/12/24).

MAN 2 Model Medan merupakan madrasah yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan P5RA ini, hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan Panen Karya siswa yang dilaksanakan selama 2 hari Selasa dan Rabu tanggal 17 dan 18 Desember 2024, adapun tema P5RA yang dilaksanakan di MAN 2 untuk fase E atau kelas X yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan dan Suara Demokrasi, untuk fase F atau kelas XI Bangunlah Jiwa Raga dan Kewirausahaan, untuk fase F Lanjutan atau kelas XII Bhineka Tunggal Ika, Rekayasa Teknologi dan Kearifan lokal.

Uniknya dalam pelaksanaan Panen Karya P5RA di MAN 2, muncul penguatan konsep Moderasi Beragama dan Transformasi Digital, hal ini diungkapkan oleh Kepala MAN 2 Model Medan Wuri Tamtama Abdi, S.PdI, MA saat membuka kegiatan panen karya P5RA di hadapan para siswa/siswi, guru dan pegawai.

Wuri menyampaikan keistimewaan pelaksanaan P5RA di MAN 2 adanya penguatan Konsep Moderasi Agama, hal ini dapat dilihat dari tema bangunlah jiwa raganya fase F kelas XI di mana siswa kelas XI secara keseluruhan akan mempraktikkan kreasi senam multi etnis di Indonesia, siswa/i secara keseluruhan akan melakukan senam dengan menggunakan pakaian adat daerah nusantara seperti minang, aceh, melayu, batak, karo, pakpak, papua, banjar dan lain-lain sambil diiringi dengan musik senam daerah, kemudian disusul dengan fase F lanjutan yaitu kelas XII dengan tema Bhineka Tunggal Ika dan Kearifan Lokal, di mana seluruh kelas XII akan mempraktikkan tarian daerah nusantara adat masing-masing, juga menampilkan tarian daerah suku di Indonesia seperti minang, aceh, melayu, batak, pakpak, papua, banjar dan lain-lain.

Pelaksanaan Panen Karya ini menunjukkan bahwa nilai moderasi beragama ada pada prinsip pemahaman berbeda-beda namun tetap satu, walaupun di Indonesia berbeda Ras, Suku dan agama, hal ini ditandai dengan pakaian adat siswa/i yang berbeda namun Indonesia menjadi suatu wadah bersatunya suku dan agama tersebut, di mana kita harus saling menghargai, dan memahami titik perbedaan itu.

Wuri menambahkan Saat ini Indonesia mempunyai tantangan dan ujian besar untuk dapat merubah cara pandang, sikap, perilaku dan misi generasi muda dalam beragama di tengah keberagaman dan variasi pandangan keberagamaan, termasuk siswa madrasah yang kategori masih muda.

Selain itu, generasi muda juga memiliki tantangan menghadapi kelompok yang memiliki cara pandang intoleran dan ekstrem. Dua hal ini dapat berpengaruh pada siswa di Madrasah. Untuk mengantisipasi hal demikian maka melalui pelaksanaan P5RA ini nantinya para remaja dapat memiliki cara pandang yang toleran dan tidak ekstrem.

“Tidak hanya moderasi beragama, dalam panen karya P5RA ini, muncul juga penguatan Tranformasi Digital melalui digitalisasi tema kegiatan P5RA seperti pembuatan video kreasi senam multi etnis, pembuatan video tari daerah serta tema-tema yang lain, yang nantinya akan di upload ke youtube dan media sosial, selain itu semua tema P5RA setiap kelas harus membuat baner yang indah dan kreatif, hal ini semakin menambah keistimewaan panen karya di MAN 2, semua kegiatan Tranformasi Digital panen karya P5RA dibuat dan disusun murni oleh siswa-siswi MAN 2, mereka memiliki jiwa kreatifitas dan jiwa inovatif sehingga pelaksanaan panen karya ini semakin meriah,” tegas Wuri.

Menurut Dra. Hj. Misbah Suaidah selaku WKM bidang Humas mengatakan sebenarnya dalam proses transformasi digital, MAN 2 sejak lama telah menerapkannya dalam proses asesmen atau ujian akhir semester, di mana MAN 2 sejak 5 tahun terakhir tidak lagi menggunakan kertas pensil saat ujian melainkan menggunakan aplikasi android dan ios dimana masing-masing siswa-siswi ketika ujian berlangsung cukup hanya membawa smartphone dan mengaktifkannya selama asesmen berlangsung, hal ini menjadikan asesmen praktis, mudah tidak sulit dan sangat efesien, bahkan pelaksanaan ujian berbasis smartphone ini sudah disaksikan langsung oleh Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama Pusat Republik Indonesia Jakarta, Dr. Thobib Al Asyhar, S.Ag, M.Si, saat melakukan kunjungan untuk meninjau pelaksanaan Asesmen Sumatif Semester Ganjil di MAN 2 Model Medan. (ril)

Loading